
Paser — Pemerintah Kabupaten Paser mencatat perkembangan positif di sektor kesehatan, khususnya terkait keselamatan ibu dan bayi. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Paser menunjukkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) terus menurun dalam dua tahun terakhir.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Paser, dr. Adhiesetya Dwi Saputra, mengungkapkan hingga November 2025 jumlah kasus kematian ibu tercatat sebanyak lima kasus, lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Sejak 2023 AKI jumlahnya ada 12, kemudian pada 2024 menurun jadi 7, dan pada 2025 berjalan sampai November ini ada 5 kematian. Semoga angkanya tetap sampai akhir Desember 2025," kata dr. Adhiesetya dalam keterangannya, Rabu, 12 November 2025.
Untuk angka kematian bayi, meskipun jumlahnya lebih tinggi dari AKI, namun tetap menunjukkan tren membaik. Pada 2023 terdapat 72 kasus kematian bayi, menurun menjadi 62 pada 2024, dan hingga November 2025 tercatat "50 lebih kematian".
"Sampai dengan bulan November 2025, angka kematina bayi di Paser mencapai 50 lebih, semoga tidak lagi bertambah hingga akhir tahun," ujarnya.
Penurunan AKI dan AKB ini tidak lepas dari berbagai upaya Pemkab Paser yang dijalankan bersama tim Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) hingga tingkat desa, selaras dengan program penurunan stunting.
"Salah satu program terbaru kami yaitu pelatihan Contraceptive Technology Update (CTU) untuk 42 bidan se-Kabupaten Paser," katanya.
Pelatihan tersebut menekankan pembaruan pengetahuan bidan terkait metode kontrasepsi terkini, tata cara pemasangan, hingga pemahaman mengenai potensi efek samping. Menurut dr. Adhiesetya, peningkatan kapasitas bidan sangat penting mengingat lebih dari 700 bidan yang bertugas di sepuluh kecamatan merupakan aktor utama dalam menekan AKI, AKB, serta kasus stunting.
"Melalui peningkatan kompetensi bidan dan tenaga kesehatan di Paser, kapungkasn bisa menurunkan kasus kematian dan kasus lainnya terkait ibu dan anak," pungkasnya.
